kontak

14 Maret 2013

part bahasa


Sanubari malioboro

            Sesampainya di kota Yogya,tempat pertama yang aku injakkan adalah tanah  malioborro.Selagi berjalan dengan temanku,Faza,aku menyapu pandangan ku ke semua sudut bagian jalan yang tidak pernah tidur ini.Bagaikan saudara dekat,semua orang menyambut aku dan Faza bersahabat.Aku mulai menngambil kamera dari dalam ransel kudan mulai men’jepret’ semua sudut jalan ini untuk mengabadikan suasananya yang jarang aku rasakan di daerah asalku jauh di sana.Sambil menjepret sana sini,aku bertanya pada Faza,”apakah kau suka dengan kota dan suasana ini?” “sepertinya tak kan terlupa,serasa tidak ada kata tidur di sini.”jawab Faza.aku hanya tersenyum kecil dan mulai menghirup nafas dalam pertanda santai.
            Tak terasa langkah kami berjalan,langkah kani terhenti.Pandangan kami tertuju pada segerombolan orang.sepertinya mereka mengitari sekelompok orang yang bermain serangkaian instrument tradisional dari tanah Yogya yang di kolaborasikan dengan angklung dan kolintang.para ‘musisi jalanan’ itu memainkan lagu sederhana tetapi terasa mengalun sedap di telinga.Suara angklung yang khas diiringi serangkai gamelan mengiringi aransemen indah para pemusik.Aku berceloteh kecil pada Faza,”music yang indah.” “benar,kolaborasi yang menarik dan sepertinya bisa go internasional,hehhe..”.Aku melihat kearahnya dan dia tertawa agak terkekeh.serasa dia bisa membayangkan apa yang dia katakana barusan.Aku hanya tersenyum kecil.”lihat apa yang akan aku laukan.”tambahnya,tanpa ku sadari,Fa
za telah melompat dan menari lihai di tengah kerumunan orang bagai pemain acrobat sirkus kelas dunia.Dengan gaya khasnya,dia menikmati alunan musik dengan hentakan yang mengundang orang lain juga untuk menghentak-hentakan kaki dan mengangguk-angguk kepala tanda menikmati alunan music beraksen tradisional ini di tambah suasana sore yang romantis.
            Setelah music berakhir,semua pemusik menunduk tanda terimakasih mereka kepada penonton yang telah menyampatkan mendengar dan menikmati sajian music mereka,begitu juga Faza.semua penonton bertepuk tangan isyarat puas.Salah seorang anggota pemusik menengadahkan topi rotan bundarnya ke semua penonton untuk meminta sebagian receh uang penonton atas jasanya memainkan alat music yang indah.para penonton dan aku pun tak segan untuk memberikan sebagian uang kami.bagai orang yang mendapat bantuan,pemusik tersebut berkata terima kasih hingga beberapa kali.
            Tak berapa lama,Faza kembali mendekatiku dengan tampangnya yang tetap bersemangat dan ngos-ngosan tentunya,sambil mengusap mukanya karena keringat dengan sapu tangan,dia berkata penuh antusias,”bagaimana penampilanku?tak kalah denngan tarian walkmoonnya MJ kan?hahhaa..”terkembang senyum bangga di bibirnya.”benar,jika MJ masih hidup,rasanya kau akan di rekrut jadi penari latarnya.hahaa..” “bisa saja kau,Fal!”.sahutnya.
           
iiKami melanjutkan perjalanan kami di jalan tempat pedagang kaki lima ini mengais rejeki.karena mencium aroma pecel lele yang menggugah selera makan,Faza dengan nafsu laparnya menarik tangan ku dan memasuki sebuah tenda kecil yang cukup ramai dengan cara makan duduk lesehan.benar benar ‘’the real java’’ kata orang.’’sepertinya tempat yang cocok untuk mencharger kembali perut kita,tunggu di sini dulu,aku pesankan dinner kita.” “baiklah”sahutku sambil duduk di meja yang telah kami pilih sebelumnya.Selagi menunggu pesanan,aku menikmati sore yang begitu oranye,bersliweran dokar dan becak yang mengangkut para turis asing yang juga sama seperti ku,yaitu menikmati suasana jogja.

0 komentar:

Posting Komentar