kontak

27 Mei 2013

part bahasa


Kenyataan Dalam Mimpi
 
                Mimpi. Inilah sesuatu yang di byangkan oleh Rizki. Rizki adalah seorang anak yang di besarkan oleh Bapaknya seorang diri karena Ibunya telah lama pergi meninggalkan mereka. Rizki hidup di keluarga golongan ekonomi menengah ke bawah di kawasan lingkungan kumuh dekat penampungan sampah.
                Mimpi anak yang satu ini sederhana. Hanya ingin merasakan hangatnya bangku sekolah. Maklum saja, sep[erti yang di awal tadi, dia berasal dari golongan ekonomi lemah yang di lingkungannya pun jarang sekali di temui adanya anak sekolah.
                Rizki selalu berpikiran secara matematis, bahwa tanpa adanya alat pemuas kebutuhan, pendidikan pun rasanya sulit sekali di rasakan. Dia lebih memilih uang yang telah di dapatuntuk mencukupi kebutuhan hidup dirinya dengan Bapaknya. Wajar saja, uangnya hanya pas-pasan untuk sekedar itu saja.
                Bapak Rizki sendiri juga telah berusaha untuk menyisihkan uang dan mencari tambahan kerja guna sekolah Rizki. Tapi Rizki menolak untuk itu. Bapaknya sangat ingin sekali melihat anaknya memakai seragam putih-merah seperti yang beliau lihat di jalan-jalan dengan berbagai properti sekolah.
                Suatu saat, ketika sedang berjalan-jalan sore di suatu pasar guna membeli kebutuhan rumah, Rizkidan Bapaknya bertemu wanita cantik yang familiar di mata mereka tetapi sedikit asing.
                Ya, wanita itu adalah istri Bapak Rizki. Mereka bertemu di jalan sewaktu ibunya berjualan di pasar yang lumayan jauh dari rumah mereka.

                Rizki dan bapaknya di tarik kencang oleh sesosok tangan halus dan di bawa ketempat yang jarang orang. Suasana haru bergema di tempat tersebut.
                “Ibu, inikah Ibu, Bapak? Ibu yang selalu aku doakan agar bertemu dengannya? Ibu yang selalu aku impikan di malam kala menjelang tidur?” Kata Rizki sembari terisak melihat Bapaknya.
                “Ya nak. Itulah dia.” Jawab Bapak Rizki.
                Ibunya pun memeandangi  anaknya dengan berkaca-kaca. Mereka bertiga saling berpelukan dengan hangat. Sampai mereka menghendaki untuk pulang.
                Setelah sampai di rumah mereka saling bercakap tenteng suatu yang telah lama hilang. Hingga Bapak Rizki menyinggung tentang sekolah Rizki. “Bagaimana anakku jika jika engkau mulai bersekolah? Sekarang ka nada Ibu.”
                “Saya rasa tidak,Pak. Kita kan belum punya cukup uang. Saya akan bekerja dulu, Pak.” Sahut Rizki.
                “Biarlah Rizki anakku. Sekarang Ibu akan membantu demi terwujudnya keinginanmu sekolah. Ibu akan berusaha semampu Ibu dengan Bapak. Kamu tidak pelu bekerja. Kamu hanya perlu belajar dan belajar guna terwujudnya cita-cita mu anakku.” Kata Ibu sambil mengusap rambut hitam anaknya.
               

 “Baiklah,Bu.” Akan ku wujudkan cita-cita ku dengan sekolah ini. Membahagiakan kalian orang tua terbaikku,” mereka saling berpelukan dengan suasana haru dengan saling member harapan bak kerdil yang berhasil memeluk Gunung Krakatau.

0 komentar:

Posting Komentar