Kenyataan Dalam Mimpi
Mimpi.
Inilah sesuatu yang di byangkan oleh Rizki. Rizki adalah seorang anak yang di
besarkan oleh Bapaknya seorang diri karena Ibunya telah lama pergi meninggalkan
mereka. Rizki hidup di keluarga golongan ekonomi menengah ke bawah di kawasan
lingkungan kumuh dekat penampungan sampah.
Mimpi
anak yang satu ini sederhana. Hanya ingin merasakan hangatnya bangku sekolah. Maklum
saja, sep[erti yang di awal tadi, dia berasal dari golongan ekonomi lemah yang
di lingkungannya pun jarang sekali di temui adanya anak sekolah.
Rizki
selalu berpikiran secara matematis, bahwa tanpa adanya alat pemuas kebutuhan,
pendidikan pun rasanya sulit sekali di rasakan. Dia lebih memilih uang yang
telah di dapatuntuk mencukupi kebutuhan hidup dirinya dengan Bapaknya. Wajar saja,
uangnya hanya pas-pasan untuk sekedar itu saja.
Bapak
Rizki sendiri juga telah berusaha untuk menyisihkan uang dan mencari tambahan
kerja guna sekolah Rizki. Tapi Rizki menolak untuk itu. Bapaknya sangat ingin
sekali melihat anaknya memakai seragam putih-merah seperti yang beliau lihat di
jalan-jalan dengan berbagai properti sekolah.
Suatu
saat, ketika sedang berjalan-jalan sore di suatu pasar guna membeli kebutuhan
rumah, Rizkidan Bapaknya bertemu wanita cantik yang familiar di mata mereka
tetapi sedikit asing.
Ya,
wanita itu adalah istri Bapak Rizki. Mereka bertemu di jalan sewaktu ibunya
berjualan di pasar yang lumayan jauh dari rumah mereka.
Rizki
dan bapaknya di tarik kencang oleh sesosok tangan halus dan di bawa ketempat
yang jarang orang. Suasana haru bergema di tempat tersebut.
“Ibu,
inikah Ibu, Bapak? Ibu yang selalu aku doakan agar bertemu dengannya? Ibu yang
selalu aku impikan di malam kala menjelang tidur?” Kata Rizki sembari terisak
melihat Bapaknya.
“Ya
nak. Itulah dia.” Jawab Bapak Rizki.
Ibunya
pun memeandangi anaknya dengan
berkaca-kaca. Mereka bertiga saling berpelukan dengan hangat. Sampai mereka
menghendaki untuk pulang.
Setelah
sampai di rumah mereka saling bercakap tenteng suatu yang telah lama hilang. Hingga
Bapak Rizki menyinggung tentang sekolah Rizki. “Bagaimana anakku jika jika
engkau mulai bersekolah? Sekarang ka nada Ibu.”
“Saya
rasa tidak,Pak. Kita kan belum punya cukup uang. Saya akan bekerja dulu, Pak.” Sahut
Rizki.
“Biarlah
Rizki anakku. Sekarang Ibu akan membantu demi terwujudnya keinginanmu sekolah.
Ibu akan berusaha semampu Ibu dengan Bapak. Kamu tidak pelu bekerja. Kamu hanya
perlu belajar dan belajar guna terwujudnya cita-cita mu anakku.” Kata Ibu
sambil mengusap rambut hitam anaknya.
“Baiklah,Bu.”
Akan ku wujudkan cita-cita ku dengan sekolah ini. Membahagiakan kalian orang
tua terbaikku,” mereka saling berpelukan dengan suasana haru dengan saling member
harapan bak kerdil yang berhasil memeluk Gunung Krakatau.
0 komentar:
Posting Komentar